Cerita Seorang Bapak dan Anaknya, Belajar dari Uang Seribu Rupiah




Seorang anak kecil menangis tersedu-sedu.  Saat ditanya oleh bapaknya kenapa ia sampai menangis, si kecil menjawab bahwa ia baru saja kehilangan uang seribu rupiah. Si bapak langsung merogoh kantongnya dan memberikan uang lima ribu rupiah agar si anak diam. Dan betul,  setelah mendapat uang lima kali lipat dari uangnya yang hilang sianak langsung diam  dan berlari girang. Tapi sesaat kemudian, si anak kembali  menangis. Kali ini tangisannya lebih keras. Bapaknya datang dan mempertanyaakn alasannya menangis, padahal si anak sudah dapat  lima ribu rupiah. Sambil menangis dan menghirup ingus yang bercampur air matanya yang jatuh, si anak menjawab,"Seandainya tidak hilang uangku seribu, sekarang uang saya sudah enam ribu,".

Cerita ini sengaja kutulis, sebenarnya bukan cerita saya,  tapi saduran dari seorang teman  tentang keserakahan. Sifat dasar manusia yang tidak pernah puas.

Saya sendiri memaknai cerita sederhana diatas dengan cara yang tidak sederhana. Saya membayangkan seorang  yang ceroboh dan tidak mampu menjaga hartanya.Harta disini bukan melului tentang uang, tapi juga tentang hal-hal baik disekeliling kita. Teman baik, lingkungan yang baik, kendaraan yang baik, pakaian yang baik, istri yang baik, anak  yang baik, suami  yang baik kesehatan dan pekerjaan yang baik. Menjaga hal-hal  baik sekeliling kita memang gampang-gampang-gampang susah. Selain faktor internal diri kita yaitu, kemampuan kita terbatas untuk menjaganya agar tetap baik juga faktor eksternal, godaan sekitar kita. Untuk  itu mulai sekarang, mari  berjanji  untuk tetap menjaganya dengan baik.

Lalu tentang si  Bapak.  Memberikan  uang lima ribu dengan tujuan mendiamkan anaknya yang kehilangan uang cuma seribu, juga tidak bijak.  Selain karena  tidak proporsional (kebanyakan) juga karena akan memberikan kebiasaan buruk bagi si anak. Saya teringat kisah kawan saya, seorang aktifis (atau mirip-mirip aktifis). Kerap melontarkan kritikan yang keras untuk menghantam pejabat, mulai dari dugaan korupsi  sampai masalah pribadi melalui akun media sosial.  Si pejabat mendiamkan teman ini dengan "sesuatu". Kalau sudah dapat "hadiah" dari si pejabat, teman saya langsung diam. Kejadian ini terus berulang, entah sampai  kapan.

Tapi akhirnya ini menjadi kebiasaan teman saya, setiap dia menginginkan sesuatu dari si pejabat dia tinggal meraung-raung mengancam akan membuka aibnya. Kalau sudah begini, ya si pejabat mau  tidak mau setoran lagi ke teman saya. Seperti si Bapak tadi yang tinggal memberikan uang yang lebih besar setiap anaknya menangis.

Kesimpulan tulisan ini kembali ke teman-teman sekalian. Saya hanya mencoba menceritakan ulang cerita  dari teman.  Ya bermanfaat atau tidak saya serahkan ke pembacalah. Terima kasih.





Menyusui suami banyak manfaatnya buat istri. Tidak percaya? Tonton video dibawah

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Cerita Seorang Bapak dan Anaknya, Belajar dari Uang Seribu Rupiah"

Post a Comment