Puisi Wiji thukul
Wiji Thukul adalah seorang sastrawan dan aktivis kiri yang pernah sekolah
di Sekolah Menengah Karawitan ini memang
mencintai dunia sastra. Kedekatannya dengan Partai Rakyat
Demokratik(PRD) membuatnya semakin sadar akan politik. Melalui sajaknya,ia menuliskan
pemberontakannya. Bahkan, salah satu puisinya yang berjudul “Peringatan” juga
dia bacakan saat deklarasi PRD di
kantor LBH Jakarta 22 Juli 1996.
Penggalan puisi “Peringatan”, “Hanya
ada satu kata: Lawan” ini menjadi
tagline bukan hanya bagi aktifis PRD
atau aktifis dari organisasi pro
demokrasi lain,bahkan sekarang organisasi
yang menjadi kaki tangan Orba
juga kerap mengucapkannya saat demonstrasi.
Penguasa orde baru uring-uringan
terhadap sajak-sajaknya yang
menceritakan penderitaan rakyat
dibawah tekanan. Wiji yang
dilahirkan di sorogenen solo pada tanggal 26 agustus 1963 terus
diburuoleh aparat. Aktifitas politiknya dengan puisi dianggap mengancam stabilitas politik saat
itu. Kerusuhan yang terjadi pada tahun 1998, sejak itulah dia mulai
berpindah-pindah keluar masuk kampung kota untuk bersembunyi
menghilangkan jejak dari kejaran aparat, dalam pelarianya itu Wiji Tukul
tetap saja menulis puisi-puisi yang pro-demokrasi yang dimana salah satunya
berjudul “Para jendral marah-marah”. Dan
akhirnya ditahun yang sama, dia menghilang dan tak pernah kembali. Ia adalah satu dari 13 aktifis
yang diculik dan tidak diketahui
kabarnya sampai sekarang.
- BUNGA DAN TEMBOK
Seumpama
bunga
Kami adalah
bunga yang tak
Kau hendaki tumbuh
Engkau lebih suka membangun
Rumah dan merampas tanahSeumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau kehendaki adanya
Engkau lebih suka membangun
Jalan raya dan pagar besiSeumpama bunga
Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di bumi kami sendiri
Kau hendaki tumbuh
Engkau lebih suka membangun
Rumah dan merampas tanahSeumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau kehendaki adanya
Engkau lebih suka membangun
Jalan raya dan pagar besiSeumpama bunga
Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di bumi kami sendiri
Jika kami
bunga
Engkau adalah tembok itu
Tapi di tubuh tembok itu
Telah kami sebar biji-biji
Suatu saat kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau harus hancur!
Engkau adalah tembok itu
Tapi di tubuh tembok itu
Telah kami sebar biji-biji
Suatu saat kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau harus hancur!
Dalam
keyakinan kami
Di manapun – tirani harus tumbang!
Di manapun – tirani harus tumbang!
- SUKMAKU MERDEKA
Tidak
tergantung kepada Departemen Tenaga Kerja
Semakin hari semakin nyata nasib di tanganku
Tidak diubah oleh siapapun
Tidak juga akan dirubah oleh Tuhan Pemilik Surga
Apakah ini menyakitkan? entahlah !
Aku tak menyumpahi rahim ibuku lagi
Sebab pasti malam tidak akan berubah menjadi pagi
Hanya dengan memaki-maki
Semakin hari semakin nyata nasib di tanganku
Tidak diubah oleh siapapun
Tidak juga akan dirubah oleh Tuhan Pemilik Surga
Apakah ini menyakitkan? entahlah !
Aku tak menyumpahi rahim ibuku lagi
Sebab pasti malam tidak akan berubah menjadi pagi
Hanya dengan memaki-maki
Waktu yang
diisi keluh akan berisi keluh
Waktu yang berkeringat karena kerja akan melahirkan
Serdadu-serdadu kebijaksanaan
Biar perang meletus kapan saja
Itu bukan apa-apa
Masalah nomer satu adalah hari ini
Jangan mati sebelum dimampus takdir
Waktu yang berkeringat karena kerja akan melahirkan
Serdadu-serdadu kebijaksanaan
Biar perang meletus kapan saja
Itu bukan apa-apa
Masalah nomer satu adalah hari ini
Jangan mati sebelum dimampus takdir
Sebelum
malam mengucap selamat malam
Sebelum kubur mengucapkan selamat datang
Aku mengucap kepada hidup yang jelata
M E R D E K A..!!!!
Sebelum kubur mengucapkan selamat datang
Aku mengucap kepada hidup yang jelata
M E R D E K A..!!!!
- SEHARI SAJA KAWAN
Satu kawan
bawa tiga kawan
Masing-masing nggandeng lima kawan
Sudah berapa kita punya kawan
Masing-masing nggandeng lima kawan
Sudah berapa kita punya kawan
Satukawan
bawa tiga kawan
Masing-masing bawa lima kawan
Kalau kita satu pabrik bayangkan kawan
Masing-masing bawa lima kawan
Kalau kita satu pabrik bayangkan kawan
Kalau kita
satu hati kawan
Satu tuntutan bersatu suara
Satu pabrik satu kekuatan
Kita tak mimpi kawan!
Satu tuntutan bersatu suara
Satu pabrik satu kekuatan
Kita tak mimpi kawan!
Kalau satu
pabrik bersatu hati
Mogok dengan seratus poster
Tiga hari tiga malam
Kenapa tidak kawan
Mogok dengan seratus poster
Tiga hari tiga malam
Kenapa tidak kawan
Kalau satu
pabrik satu serikat buruh
Bersatu hati
Mogok bersama sepuluh daerah
Sehari saja kawan
Sehari saja kawan
Bersatu hati
Mogok bersama sepuluh daerah
Sehari saja kawan
Sehari saja kawan
Sehari saja
kawan
Kalau kita yang berjuta-juta
Bersatu hati mogok
Maka kapas tetap terwujud kapas
Karena mesin pintal akan mati
Kapas akan tetap berwujud kapas
Tidak akan berwujud menjadi kain
Serupa pelangi pabrik akan lumpuh mati
Kalau kita yang berjuta-juta
Bersatu hati mogok
Maka kapas tetap terwujud kapas
Karena mesin pintal akan mati
Kapas akan tetap berwujud kapas
Tidak akan berwujud menjadi kain
Serupa pelangi pabrik akan lumpuh mati
Juga jalan-jalan
Anak-anak tak pergi sekolah
Karena tak ada bis
Langit pun akan sunyi
Karena mesin pesawat terbang tak berputar
Karena lapangan terbang lumpuh mati
Anak-anak tak pergi sekolah
Karena tak ada bis
Langit pun akan sunyi
Karena mesin pesawat terbang tak berputar
Karena lapangan terbang lumpuh mati
Sehari saja
kawan
Kalau kita mogok kerja
Dan menyanyi dalam satu barisan
Sehari saja kawan
Kapitalis pasti kelabakan
Kalau kita mogok kerja
Dan menyanyi dalam satu barisan
Sehari saja kawan
Kapitalis pasti kelabakan
12-11-1994
- LEUWIGAJAH MASIH HAUS
leuwigajah
tak mau berhenti
dari pagi
sampai pagi
bis-bis-mobil
pengangkut tenaga murah
bikin
gemetar jalan-jalan
dan debu-debu tebal membumbung
dan debu-debu tebal membumbung
mesin-mesin
tak mau berhenti
membangunkan buruh tak berkamar-mandi
tanpa jendela tanpa cahaya matahari
jejer berjejer alas tikar
lantai dinding dingin lembab pengap
membangunkan buruh tak berkamar-mandi
tanpa jendela tanpa cahaya matahari
jejer berjejer alas tikar
lantai dinding dingin lembab pengap
mulut
lidah-lidah penghuni rumah kontrak
terus bercerita buruk
lembur paksa sampai pagi
tubuh mengelupas-jari jempol putus – upah rendah
mogok – pecat
seperti nyabuti bulu ketiak
terus bercerita buruk
lembur paksa sampai pagi
tubuh mengelupas-jari jempol putus – upah rendah
mogok – pecat
seperti nyabuti bulu ketiak
tubuh-tubuh
muda
terus mengalir ke leuwigajah
seperti buah-buah disedot vitaminnya
mesin-mesin terus menggilas
memerah tenaga murah
satu kali duapuluhempat jam
masuk – absen – tombol ditekan
dan truk-truk pengangkut produksi
meluncur terus ke pasar
terus mengalir ke leuwigajah
seperti buah-buah disedot vitaminnya
mesin-mesin terus menggilas
memerah tenaga murah
satu kali duapuluhempat jam
masuk – absen – tombol ditekan
dan truk-truk pengangkut produksi
meluncur terus ke pasar
leuwigajah
tak mau berhenti
dari pagi sampai pagi
dari pagi sampai pagi
asap crobong
terus kotor
selokan air limbah berwarna
mesin-mesin tak mau berhenti
terus minta darah tenaga muda
selokan air limbah berwarna
mesin-mesin tak mau berhenti
terus minta darah tenaga muda
leuwigajah
makin panas
berputar dan terus menguras
berputar dan terus menguras
Bandung 21
mei 1992
- BURUH-BURUH
di batas
desa
pagi – pagi
dijemput truk
dihitung seperti pesakitan
diangkut ke pabrik
begitu seterusnyamesin terus berputar
pabrik harus berproduksi
pulang malam
badan loyo
nasi dinginbagaimana kalau anak sakit
bagaimana obat
bagaimana dokter
bagaimana rumah sakit
bagaimana uang
bagaimana gaji
bagaimana pabrik? mogok?
pecat! mesin tak boleh berhenti
maka mengalirlah tenaga murah
mbak ayu kakang dari desadisedot
sampai pucat
Solo, 4-1986
pagi – pagi
dijemput truk
dihitung seperti pesakitan
diangkut ke pabrik
begitu seterusnyamesin terus berputar
pabrik harus berproduksi
pulang malam
badan loyo
nasi dinginbagaimana kalau anak sakit
bagaimana obat
bagaimana dokter
bagaimana rumah sakit
bagaimana uang
bagaimana gaji
bagaimana pabrik? mogok?
pecat! mesin tak boleh berhenti
maka mengalirlah tenaga murah
mbak ayu kakang dari desadisedot
sampai pucat
Solo, 4-1986
- EDAN
Sudah dengan
cerita mursilah?
Edan…!!Dia dituduh maling karena mengumpulkan serpihan kain
Dia sambung-sambung jadi mukena untuk sembahyang
Padahal mukena tak dibawa pulang
Padahal mukena dia taroh di tempat kerja
Edan…!!Sudah diperas dituduh maling pula
Sudah dengan cerita santi?
Edan…!!Karena istirahat gaji dipotong
Edan…!!
Edan…!!Dia dituduh maling karena mengumpulkan serpihan kain
Dia sambung-sambung jadi mukena untuk sembahyang
Padahal mukena tak dibawa pulang
Padahal mukena dia taroh di tempat kerja
Edan…!!Sudah diperas dituduh maling pula
Sudah dengan cerita santi?
Edan…!!Karena istirahat gaji dipotong
Edan…!!
Karena main
kartu lima kawannya langsung dipecat majikan
Padahal tak pakai wang
Padahal pas waktu luang
Edan…!!
Kita mah bukan sekrup
Padahal tak pakai wang
Padahal pas waktu luang
Edan…!!
Kita mah bukan sekrup
Bandung, 21
Mei 1992
- SEORANG BURUH MASUK TOKO
masuk toko
yang pertama kurasa adalah cahaya
yang terang benderang
tak seperti jalan-jalan sempit
di kampungku yang gelapsorot mata para penjaga
dan lampu-lampu yang mengitariku
seperti sengaja hendak menunjukkan
dari mana asalkuaku melihat kakiku – jari-jarinya bergerak
aku melihat sandal jepitku
aku menoleh ke kiri ke kanan – bau-bau harum
aku menatap betis-betis dan sepatu
bulu tubuhku berdiri merasakan desir
kipas angin
yang berputar-putar halus lembut
badanku makin mingkup
aku melihat barang-barang yang dipajang
aku menghitung-hitung
aku menghitung upahku
aku menghitung harga tenagaku
yang menggerakkan mesin-mesin di pabrik
aku melihat harga-harga kebutuhan
di etalaseaku melihat bayanganku
makin letih
dan terus dihisap
yang pertama kurasa adalah cahaya
yang terang benderang
tak seperti jalan-jalan sempit
di kampungku yang gelapsorot mata para penjaga
dan lampu-lampu yang mengitariku
seperti sengaja hendak menunjukkan
dari mana asalkuaku melihat kakiku – jari-jarinya bergerak
aku melihat sandal jepitku
aku menoleh ke kiri ke kanan – bau-bau harum
aku menatap betis-betis dan sepatu
bulu tubuhku berdiri merasakan desir
kipas angin
yang berputar-putar halus lembut
badanku makin mingkup
aku melihat barang-barang yang dipajang
aku menghitung-hitung
aku menghitung upahku
aku menghitung harga tenagaku
yang menggerakkan mesin-mesin di pabrik
aku melihat harga-harga kebutuhan
di etalaseaku melihat bayanganku
makin letih
dan terus dihisap
- NONTON HARGA
ayo keluar
keliling kota
tak perlu ongkos tak perlu biaya
masuk toko perbelanjaan tingkat lima
tak beli tak apa
lihat-lihat sajakalau pingin durian
apel-pisang-rambutan-anggur
ayo..
kita bisa mencium baunya
mengumbar hidung cuma-cuma
tak perlu ongkos tak perlu biaya
di kota kita
buah macam apa
asal mana saja
adakalau pingin lihat orang cantik
di kota kita banyak gedung bioskop
kita bisa nonton posternya
atau ke diskotik
di depan pintu
kau boleh mengumbar telinga cuma-cuma
mendengarkan detak musik
denting botol
lengking dan tawa
bisa juga kau nikmati
aroma minyak wangi luar negeri
cuma-cuma
aromanya sajaayo..
kita keliling kota
hari ini ada peresmian hotel baru
berbintang lima
dibuka pejabat tinggi
dihadiri artis-artis ternama ibukota
lihat
mobil para tamu berderet-deret
satu kilometer panjangnya
tak perlu ongkos tak perlu biaya
masuk toko perbelanjaan tingkat lima
tak beli tak apa
lihat-lihat sajakalau pingin durian
apel-pisang-rambutan-anggur
ayo..
kita bisa mencium baunya
mengumbar hidung cuma-cuma
tak perlu ongkos tak perlu biaya
di kota kita
buah macam apa
asal mana saja
adakalau pingin lihat orang cantik
di kota kita banyak gedung bioskop
kita bisa nonton posternya
atau ke diskotik
di depan pintu
kau boleh mengumbar telinga cuma-cuma
mendengarkan detak musik
denting botol
lengking dan tawa
bisa juga kau nikmati
aroma minyak wangi luar negeri
cuma-cuma
aromanya sajaayo..
kita keliling kota
hari ini ada peresmian hotel baru
berbintang lima
dibuka pejabat tinggi
dihadiri artis-artis ternama ibukota
lihat
mobil para tamu berderet-deret
satu kilometer panjangnya
kota kita
memang makin megah dan kaya
tapi hari
sudah malam
ayo kita pulang
ke rumah kontrakan
sebelum kehabisan kendaraan
ayo kita pulang
ke rumah kontrakan
tidur berderet-deret
seperti ikan tangkapan
siap dijual di pelelangan
ayo kita pulang
ke rumah kontrakan
sebelum kehabisan kendaraan
ayo kita pulang
ke rumah kontrakan
tidur berderet-deret
seperti ikan tangkapan
siap dijual di pelelangan
besok pagi
kita ke pabrik
kembali bekerja
sarapan nasi bungkus
ngutang
seperti biasa
kita ke pabrik
kembali bekerja
sarapan nasi bungkus
ngutang
seperti biasa
18 november
96
- SUTI
Suti tidak
kerja lagi
pucat ia duduk dekat amben-nya
Suti di rumah saja
tidak ke pabrik tidak ke mana-mana
Suti tidak ke rumah sakit
batuknya memburu
dahaknya berdarah
tak ada biaya
pucat ia duduk dekat amben-nya
Suti di rumah saja
tidak ke pabrik tidak ke mana-mana
Suti tidak ke rumah sakit
batuknya memburu
dahaknya berdarah
tak ada biaya
Suti
kusut-masai
di benaknya menggelegar suara mesin
kuyu matanya membayangkan
buruh-buruh yang berangkat pagi
pulang petang
hidup pas-pasan
gaji kurang
dicekik kebutuhan
di benaknya menggelegar suara mesin
kuyu matanya membayangkan
buruh-buruh yang berangkat pagi
pulang petang
hidup pas-pasan
gaji kurang
dicekik kebutuhan
Suti meraba
wajahnya sendiri
tubuhnya makin susut saja
makin kurus menonjol tulang pipinya
loyo tenaganya
bertahun-tahun dihisap kerja
tubuhnya makin susut saja
makin kurus menonjol tulang pipinya
loyo tenaganya
bertahun-tahun dihisap kerja
Suti
batuk-batuk lagi
ia ingat kawannya
Sri yang mati
karena rusak paru-parunya
ia ingat kawannya
Sri yang mati
karena rusak paru-parunya
Suti meludah
dan lagi-lagi darah
dan lagi-lagi darah
Suti
memejamkan mata
suara mesin kembali menggemuruh
bayangan kawannya bermunculan
Suti menggelengkan kepala
tahu mereka dibayar murah
suara mesin kembali menggemuruh
bayangan kawannya bermunculan
Suti menggelengkan kepala
tahu mereka dibayar murah
Suti meludah
dan lagi-lagi darah
dan lagi-lagi darah
Suti
merenungi resep dokter
tak ada uang
tak ada obat
tak ada uang
tak ada obat
solo, 27
februari 88
- PERINGATAN
Jika rakyat
pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa
Kalau rakyat
bersembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar
Bila rakyat
berani mengeluh
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam
Apabila usul
ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!.
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!.
(Wiji
Thukul, 1986)
- NYANYIAN AKAR RUMPUT
jalan raya dilebarkan
kami terusir
mendirikan kampung
digusur
kami pindah-pindah
menempel di tembok-tembok
dicabut
terbuangkami rumput
butuh tanah
dengar!
Ayo gabung ke kami
Biar jadi mimpi buruk presiden!
- TENTANG SEBUAH GERAKAN
Tadinya aku
pingin bilang
aku butuh rumah
tapi lantas kuganti
dengan kalimat
SETIAP ORANG BUTUH TANAH
ingat: Setiap orang
aku butuh rumah
tapi lantas kuganti
dengan kalimat
SETIAP ORANG BUTUH TANAH
ingat: Setiap orang
aku berpikir
tentang sebuah gerakan
tapi mana mungkin
aku nuntut sendirian
tentang sebuah gerakan
tapi mana mungkin
aku nuntut sendirian
aku bukan
orang suci
yang bisa hidup dari sekepal nasi
dan air sekendi
aku butuh celana dan baju
untuk menutup kemaluanku
yang bisa hidup dari sekepal nasi
dan air sekendi
aku butuh celana dan baju
untuk menutup kemaluanku
aku berpikir
tentang sebuah gerakan
tapi mana mungkin
kalau diam
tentang sebuah gerakan
tapi mana mungkin
kalau diam
Itulah beberapa
kumpulan puisi-puisi perjuangan karya Wiji Thukul yang sangat populer di
kalangan mahasiswa yang pro-demokrasi untuk membangun semangat tentunya dalam
berbagai aksi-aksi dan puisi-puisinya juga akan selalu tetap membara dalam
setiap gerakan aksi masa, Semoga Kumpulan PUISI WIJI THUKUL ini dapat
bermanfaat untuk para pembaca dalam mengobarkan api perjuangan dan memotivasi
para pembaca.
0 Response to "Puisi Wiji thukul"
Post a Comment