Ole-ole dari Pesta Bacanya Pangkep Initiative



Saya datang telat. Salah saya sendiri, waktu melihat panitia Pangkep Initiative dan WIMF  2016 memasang  undangan terbuka "Pesta Baca" di  facebook, saya hanya melihat tempat dan tidak memperhatikan waktunya. Waktu datang pemateri terakhir, Gina S Noer sudah diujung materinya. saya duduk, basa basi bertanya ke teman disamping, "Masih lama?". Padahal lama sekali saya mau lihat langsung orang ini, Maman Suherman. Dia tidak sendiri ada juga Gina S Noer, penulis buku "Rudy: Kisah Muda Sang Visioner" dan Irfan Ramly bukunya yang juga sudah difilmkan dengan sangat keren, "Cahaya dari Timur : Beta Dari maluku". 

Beruntung ada sesi tanya  jawab, saya tidak ikut bertanya. Tidak ikut dari awal, saya takut nanti nda nyambung.  Jadi diam dan mencatat. Yang saya tangkap pertama kali sejak penanya pertama hingga terakhir adalah, ada keresahan bersama tentang minat baca di Pangkep yang makin hari makin menyedihkan.  Hal ini berpengaruh besar pada minat menulis. Seperti kata oran-orang kalau membaca saja malas, bagaimana bisa menulis bagus? "Membaca tidak harus buku konvemsional, diinternet kan banyak, ada ribuan bacaan file PDF yang bisa kita baca," ujar Irfan.



Daeng Maman, begitu saya menyapanya di twitter, mengungkapkan minat tentang minat baca orang Indonesia yang sangat rendah. Dari seribu orang hanya satu orang yang punya minat baca. Bahkan ditingkat Asia Tenggara, Indonesia adalah menempati nomor konteng (terakhir) untuk minat baca. Padahal, kalau soal cerewet, di media sosial  twiter, Indonesia menjadi salah satu negara yang paling aktif. 

Tidak  sehatnya, ramainya pembicaraan di media sosial, lebih banyak berisi tentang hal kecaman, dan serangan yang sifatnya tidak sehat. MEski begitu, baik Maman, Gina maupun Irfan sepakat berpesan kepada anak-anak muda untuk menggunakan sosial media dengan  sadar. "Sadar dalam teknologi, kita yang mengendalikan," kata IRfan

"jangan alergi saa teknologi, kalau dulu mulutmu harimaumu, sekarang jempolmu harimaumu. Seperti apa kita de media sosial tergantung apa yang kita keluarkan, kalau yang kita keluarkan sampah, ya tetap sampah," ujarnya.

"Setiap creator atau penulis punya hak berkarya.  PEnialaian itu ada sama pembaca dan penonton. Silakan suka atau tidak suka, itu juga hak tapi jangan dilawan dengan pemberangusan.  Kreatifitas harus dilawan dengan kreatifitas," ucap Gina. 

Soal menulis yang baik, Gina menekankan untuk setiap penulis harus menjadi dirinya  sendiri. Ia  menceritakan tentang beberpa waktu lalu, saat ia mengadakan proyek untuk  menghimpun penulis-penulis muda dari seluruh Indonesia.  Hasilnya, banyak tulisan masuk tapi sayangnya, tulisan itu kehilangan ciri, karena bahasa yang digunakan bukan bahasa  asli penulisnya. Tulisan-tulisan dari berbagai daerah di Indonesia, memaksakan bahasa lu-gue, "Jangan mi paksakan bicara lu gue kalau okkots," timpal Maman.

Maman dengan panjang lebar menekankan agar dalam menulis, untuk menulis sesuatu yang ada disekitar dengan jujur. Hal itu agar si penulis lebih memahami apa yang akan ditulisnya. "Satu yang menarik dari jurnalis dan penulis, dia jujur dari hati nuraninya," pungkasnya.

Semoga saja apa yang didapat dari para pemateri ini, khususnya saya, bisa diamalkan sebaik-baiknya dalam menulis. Ya siapa tahu besok ada dari kami,  anak-anak muda Pangkep yang mendunia dari tulisannya, amin.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ole-ole dari Pesta Bacanya Pangkep Initiative "

Post a Comment