Misbah.. Mereka pikir sudah selesai, kita bilang ini baru mulai !



Tak terbayang dalam batok kepalanya, jika keluhannya di media sosial tentang pelayanan kesehatan di Puskesmas di Kampungnya, Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep itu berbuntut pada panggilan polisi. 

Pihak puskesmas tidak terima disebut tidak peduli dan malas memberikan pelayan. Para pelayan masyarakat itu  merasa sempurna bin paripurna mencurahkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengurus kesehatan masyarakat Tondong. Keluhan masyarakat di media sosial sangat menyakitkan hati mereka dan mereka menjawab dengan melaporkan sang tukang curhat, pernyebar kebohongan, ke pihak berwajib.

**

Curahan hati Misbah Maggading, begitu  nama anak muda ini, jomblo tanggung,  sarjana, aktifis memang nampak seperti masalah pribadi. Seperti namanya yang dalam bahasa Araba berarti yang berarti "lampu" atau "penerang", si Misbah ini identik dengan senyumnya yang terang. Dalam banyak situasi senyum khasnya tidak lepas. Bahkan waktu menceritakan kasus pemanggilannya ke kantor polisi dia masih sempat senyum, meski datar. 

**

Hari kedua Ramadan, keponakannya sakit, sariawan dalam mulutnya bengkak. Merah. Meradang. Sepanjang hari sang bocah terus menangis. Dengan penuh kasih sayang digendongnya keponakannya ke Puskesmas, berharap besar disana keponakannya diperiksa dan diberi obat. Atau kalau obat tak ada minimal, ada petugas berbaju putih yang memegang pipi sang bocah, memberikan sugesti kesembuhan. 

Namun yang didapati dikantor pelayanan kesehatan milik pemerintah dan dibiayai dari uang rakyat itu, ternyata beda dengan harapannya. disambut dengan suara musik dari loket administrasi yang kosong. Saat melangkah masuk, ia melihat beberapa orang yang sibuk dengan aktifitas masing-masing, entah apa. Salah seorang petugas datang dan mengabarkan jika dokternya sedang ke kota mengurus sesuatu. Tangis bocah dua tahun yang sariawannya bengkak meradang semakin menjadi, meraung dan tak ada yan bisa berbuat apa-apa.

Kurang lebih begitu curhat Misbah di dinding facebooknya. Biasa, tak ada yang luar biasa bagi kita di Pangkep akan hal seperti ini.  Toh jawaban sang petugas bahwa dokter belum datang atau dokter keluar adalah jawaban lumrah bagi pasien di Pangkep. Yang luar biasa adalah respon pihak Puskesmas yang didepan polisi mengaku sangat sakit hati akan postingan itu. Hati yang  cukup sensitif menurutku. Saya membayangkan hati yang sensitif itu digunakan untuk melayani masyarakat dengan tulus. Atau kalau ketulusan sudah tidak ada dcukuplah  mereka melayani masyarakat sesuai sumpah janji dan tanggung jawabnya sebagai pelayan masyarakat.

***

Menjawab kritikan atau keluhan dari masyarakat dengan laporan ke  polisi justru membuka satu lagi tabir bahwa sektor kesehatan kita  sedang tidak baik-baik  saja. Seharusya kasus misbah  ini  menjadi ajang evaluasi.  Anggaran besar dari APBD yang ditumpahkan untuk sektor kesehatan harusnya dilihat betapa besar bargaining publik menuntut pelayanan yang baik. Karena bukankah APBD itu uang  rakyat? 

Bukankah juga memajukan sektor kesehatan menjadi lebih baik adalah visi  pemerintahan ini? kalau seperti itu, seharusnya tidak  dinas kesehatan tidak membiarkan ada kepala puskesmas yang mencoba menutupi kebobrokannya dengan melaporkan masyarakatnya yang mengeluh. Saya melihat, ada upaya menutupi apa yang terjadi di puskesmas. Bahwa kenyataan disana ada pelayanan buruk dan dokter malas harus ditutupi. Mental seperti ini bukan mental pelayan, ini mental  pecundang. Menyalahkan orang lain atas kesalahannya. Dinkes mesti tegas untuk mewujudkan visi misi pemerintah kabupaten Pangkep disektor kesehatan.

Mempertahankan petugas kesehatan yang buruk sama saja menghambat pencapaian visi misi pemerintah. dan lebih dari itu, membiarkan sektor layanan kesehatan maksimal sama saja mengkhianati setiap rupiah uang rakyat yang digunakan untuk gaji dan fasilitas petugas  kesehatan.

****

Yang tak kalah penting dari persoalan hati dokter yang tersakiti oleh Misbah ini adalah laporan polisi berdasarkan keluhan. Bukankah seharusnya keluhan itu dijawab dengan kinerja yang baik. Pembuktian benar atau tidak curahan hati si jomblo Misbah bahwa dikau malas adalah bekerja dengan baik, datang dan pulang tepat waktu (minimal).  

Justru langkah melaporkan Misbah ke polisi adalah langkah yang kurang cerdas. Kalau selama ini dalam kepala kita, profesi dokter itu diisi dengan orang pintar, mengedepankan perhitungan otak ketimbang hati, menjunjung tinggi diagnosa ilmiah ketimbang perasaan semua terbantahkan. 

Satu lagi, para dokter ini bekerja di instansi pemerintah. Artinya, mereka harus menghormati hak-hak masyarakat, termasuk mengeluh. Bukan hanya bisa main lapor. Reaksi kalian yang berlebihan itu justru akan menambah persoalan. Salah kalau para petugas kesehatan ini berfikir dengan melaporkan Misbah, persoalan akan selesai, misbah dipenjara dan memberi efek jera kepada yang lain karena takut senasib dengan Misbah. Kalian salah.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Misbah.. Mereka pikir sudah selesai, kita bilang ini baru mulai !"

Post a Comment