Karena Semua (pernah) Korupsi, Ayo Hentikan dan Lawan Korupsi !



Butuh satu musuh bersama untuk menyatukan negeri ini. Sejarah 70 tahun kita hidup sebangsa membuktikannya. sebelum kemerdekaan, meski para funding father kita berdiri dengan ideologi politk yang berbeda-beda, tapi demi kemerdekaan, negeri ini bersatu melawan kolonialisme Belanda dan fasisme Jepang. Tahun 65, Negeri ini, walau puluhan tahun setelah masa itu banyak teori konspirasi yang meragukan tesis G30S, yang pasti kala itu negeri ini kembali bersatu menentang komunisme dan mendudukkan Jenderal Suharto sebagai presiden selama 32 tahun. Tahun 98, mahasiswa dan rakyat kembali bersatu menjatuhkan Suharto dalam gerakan reformasi (yang terkhianati).

Karakter ini sepertinya mendarah daging bagi kita semua, "butuh satu musu bersama untuk menyatukan kita". Peristiwa bom Sarinah yang menewaskan warga sipil dan petugas kepolisian kembali membuat kita semua bersatu menentang terorisme atas nama apapun. Terorisme menjadi musuh bersama,seperti kolonialisme dan fasisme di tahun 45 dan komunisme di tahun 65.

Tapi satu yang menjadi pertanyaan saya, kenapa korupsi yang katanya juga musuh tidak bisa menyatukan kita. Padahal teori tentang bahaya korupsi sama massifnya kampanye bahaya kolonialisme, fasisme dan komunisme. Kenapa? Padahal hari ini kalau diadakan disurvei siapa yang pro-kontra terhadap korupsi, saya yakin yang kontra korupsi lebih banyak. Pemerintah, legislatif, LSM, polisi, jaksa, partai politik, lembaga keagamaan, aktifis mahasiswa, dan elelmen bangsa lain sudah beratus-ratus kali menyatakan korupsi musuh dalam banyak model kampanye masing-masing. Dalam pidato kenegaraan, kampanye parpol, berita di media, demonstrasi dan lain-lain mengusung isu korupsi. Nah kalau semua anti korupsi siapa sebenarnya yang korupstor?. Atau kampanye anti korupsi hanya massif tapi tidak terstruktur dan tidak sistematis?

Kadang saya berfikir naif, belum menangnya negeri ini melawan para korupstor karena memang prilaku budaya kita yang permisif terhadap koruptor. Kita mewajarkan saat seorang pejabat tiba-tiba kaya, malah kita tidak terima kalah ia tidak royal. Padahal disisi lain kita tahu kalau gajinya tidak seberapa. "Katanya pejabat, kok miskin". Kita juga mewajarkan dan membiasakan memberikan sesuatu kepada aparat pemerintahan atau keamanan jika mengurus sesuatu, meski kita tahu itu memang tugas pokoknya. Contoh, saat mengurus KTP atau Kartu keluarga kita merasa tidak enak jika tidak memberikan uang kepada pegawai kelurahan. Atau saat kita kena tilang, kita lebih senang "damai" daripada membayar tilang sesuai isi surat tilang .

Sejumlah LSM atau organisasi mahasiswa juga tidak kalah komprominya. Mereka lebih senang meminta kegiatan di instansi pemerintahan agar pembiayaan kegiatan lebih mudah. Tentu konsekuensinya, mereka harus bagi hasil dengan sejumlah oknum disana. Jangan ditanya legislator. Bukan rahasia jika, para legislator mendapatkan kemudahan untuk mengakses (baca meminta) kegiatan dan anggaran di kementerian (DPRRI) dan SKPD (DPRD) dan mengatasnamakan "perjuangan aspirasi di dapilnya".

Prilaku curang ini memang bukan hanya dilingkup pemerintahan saja. Sudah membudaya. Pedagang langsat, rambutan, tomat, cabai, udang, gula dan lengkeng yang mengurangi timbangan, guru yang meniggalkan jam mengajar karena sibuk mengurus administrasi sertifikasi, tukang parkir yang tidak memberikan karcis parkir, wartawan yang menulis hoax, konspirasi resep dokter dengan apotek, anak sekolah yang minta uang uang buku fiktif, bahkan aktifis anti korpusi yang makannya dari proyek pemerintah, dan semua kecurangan adalah juga bentuk korupsi. Ya semua pernah korupsi, lalu siapa yang anti korpusi.

Kalau begitu,jangan-jangan perang terhadap korupsi juga proyek yang bisa dikorupsi. Saya teringat lelucon seorang teman beberapa tahun lalu saat pemerintah hendak mengadakan alat pendeteksi kebohongan (lie detector). Ia yakin kalau proyek pengadaan alat canggih tersebut juga akan melalui tender hasil kongkalikong dan akan dikorup karena semua pihak terlibat harus dapat fee. "Kalau lie detector sudah ada, jangan percaya hasilnya karena proyek pengadaannya juga akan dikorupsi".

Saya memimpikan semangat anti korupsi dan berani melawan korupsi menyala-nyala seperti semangat anti terorisme. Karena sesungguhnya, korupsi juga musuh bersama dan korupsi juga teror.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Karena Semua (pernah) Korupsi, Ayo Hentikan dan Lawan Korupsi !"

Post a Comment