Kepada lelaki tua di jalan beton
Wajah lusuh keriput menggugat
Seikat kayu kering di pundaknya
Melangkah ia cepat menghindari genangan dan lobang jalan
Matanya dalam guratan tajam memandangku
Senyum datar disana seolah bicara
Sepi
Seikat kayu kering di pundaknya
Melangkah ia cepat menghindari genangan dan lobang jalan
Matanya dalam guratan tajam memandangku
Senyum datar disana seolah bicara
Sepi
Wajah lusuh keriput
Usianya mungkin enam puluhan
Urat varises di betisnya buah hidupnya di bukit ini
Tak ada lagi jalan tanah
Teman kakinya yang tak pernah beralas
Berganti jalan aspal dan beton
Usianya mungkin enam puluhan
Urat varises di betisnya buah hidupnya di bukit ini
Tak ada lagi jalan tanah
Teman kakinya yang tak pernah beralas
Berganti jalan aspal dan beton
Wajahnya yang keriput memandang kebawah
Beton yang dipijaknya kuat balik memandangnya
Aspal panas meleleh diatas jalan
Menutup lobang jalan yang menganga
Lelaki tua itu tak peduli
Toh tiap tahun jalan ini selalu rusak dan selalu diperbaiki
Rusak lagi diperbaiki lagi entah sampai kapan
Beton yang dipijaknya kuat balik memandangnya
Aspal panas meleleh diatas jalan
Menutup lobang jalan yang menganga
Lelaki tua itu tak peduli
Toh tiap tahun jalan ini selalu rusak dan selalu diperbaiki
Rusak lagi diperbaiki lagi entah sampai kapan
Kepada truk marmer
Truk gandeng dengan volume puluhan ton
Kendaraan raksasa milik para tuan
Ditaruhnya hormat setiap berpapasan
Jalan aspal beton ini ada bukan karenanya tapi karena truk-truk itu
Truk gandeng dengan volume puluhan ton
Kendaraan raksasa milik para tuan
Ditaruhnya hormat setiap berpapasan
Jalan aspal beton ini ada bukan karenanya tapi karena truk-truk itu
Kepada gunung yang dirusak cakar besi
Asap hitam bercampur debu jalan
Usir mimpi tentang kesejahteraan
Lelaki itu berhenti menatap jauh ke ujung jalan
Sungguh ia tidak sendiri
Ibu hamil, anak kecil putus sekolah, pemuda pengangguran, petani miskin berbaris rapi dibelakangnya
Asap hitam bercampur debu jalan
Usir mimpi tentang kesejahteraan
Lelaki itu berhenti menatap jauh ke ujung jalan
Sungguh ia tidak sendiri
Ibu hamil, anak kecil putus sekolah, pemuda pengangguran, petani miskin berbaris rapi dibelakangnya
Kenapa ini terjadi? Teriak mereka serempak
Tanah dan gunung kami telah habis
Gunung karst kami kau potong bak tahu
Sekedar menjadi pagar atau lantai toiletmu
Tanah dan gunung kami telah habis
Gunung karst kami kau potong bak tahu
Sekedar menjadi pagar atau lantai toiletmu
Dan jawaban apa yang janji berikan untuk anak cucu kami
Saat ia bertanya tentang gunung dan dinding karstnya yang sudah habis
Nenek moyang juga mengutuk kami
Sebagai generasi yang gagal menjaga warisan
Tuan, bantulah kami mencari jawaban
Saat ia bertanya tentang gunung dan dinding karstnya yang sudah habis
Nenek moyang juga mengutuk kami
Sebagai generasi yang gagal menjaga warisan
Tuan, bantulah kami mencari jawaban
0 Response to "Kepada lelaki tua di jalan beton"
Post a Comment