Putri Indonesia Pakai Kaos Palu Arit Hebohkan Dunia Maya
Dunia maya tiba-tiba heboh dengan foto Putri Indonesia 2015, Anindya Kusuma Putri yang mengenakan kaos merah dengan gambar palu adit, lambang komunis internasional yang juga menjadi lambang Partai Komunis Indonesia (PKI). Respon netizen beragam, meski ada yang tidak mempermasalahkan, tapi sebagian besar mengecam.
Mereka yang merasa tidak terganggu melihat sang putri berkaos lambang PKI ini berargumen, alasan Anindya memakai kaos itu sebatas menghargai pemberian teman. Ada juga yang mengatakan, meski Anindya menganut paham marxisme namun itu tidak akan berpengaruh sebab paham tersebut sudah dilarang dan tidak mempunyai ruang gerak di Indonesia. Ideologi yang bersumber dari paham materialisme ini sudah dimatikan secara sistematis selama puluhan tahun oleh pemerintahan orde baru. Selain didukung konstitusi, penolakan akan ajaran komunisme juga mengakar kuat dalam alam bawah sadar mayoritas orang indonesia. Sekali lagi tidak akan berpengaruh.
Sementara dipihak lain, netizen yang mengecam Anindya memakai kaos ini berpendapat pakaian seseorang menunjukkan sikap. Memakai baju berlogo komunis berarti dia komunis. Tegas mereka menuntut agar Yayasan Putri Indonesia mencabut gelar putri dari Anindya. Anindya yang masih kuliah disebut sebagai anak sekolah yang tidak tahu sejarah. Ada yang menyebut jika wanita kelahiran Semarang itu tak pantas menyandang status Putri Indonesia. "Kok bisa lolos ya punya paham beda gini? Masa anak sekolah nggak ngerti lambang itu? Jangan ngeles ya mbak nanti jawab kalau ditanya," tulis seorang netizen.
Kebencian melihat lambang paku arit di Indonesia ini memang tidak bisa dilepaskan dari upaya massif pemerintahan orba yang melakukan deideologisasi selama 32 tahun berkuasa. Peristiwa Gestapu yang menewaskan enam jenderal Angakatan Darat didramatisasi tanpa penjelasan latar belakang peristiwa politiknya. Yang kemudian, setelah orba jatuh banyak penelitian yang meragukan kebenaran kisah Gestapu versi orba. Selama puluhan tahun itu, anak-anak seolah diajarkan melalui bidang study Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) tentang sosok orang PKI yang diidentikkan dengan sosok yang kejam, bejat dan tidak bertuhan.
Cerita pemberantasan PKI pasca peristiwa gestapu yang memakan korban hingga jutaan jiwa pendukung PKI dan dan orang yang dituduh PKI tak pernah diceritakan secara jujur. Alam bawah sadar kita digiring untuk mewajarkan pembunuhan massal itu. Tak heran jika salah seorang korban, Pramudya Ananta Toer yang juga ditahan dan dibuang ke Pulau buru mengatakan, jika pembunuhan jutaan jiwa atas nama pembersihan orang PKI itu adalah genosida terbesar dalam sejarah modern umat manusia.
Tulisan ini bukan untuk membela yang pro atau kontra. Saya sepakat dengan ahli tata negara, Refly Harun dalam tulisannya di detik.com. Refly mengecam perlakuan negara yang diskriminatif terhadap keluarga korban 1965. Mereka yang orang tuanya dibunuh tanpa pengadilan yang adil, hidupnya tak kalah menderita, untuk menjadi PNS, Polisi, TNI mereka dicekal, apalagi menjadi caleg. KTP mereka diberi tanda khusus. Dalam kehidupan sosial mereka dikucilkan oleh masyarakat yang terpapar informasi setengah-setengah dari negara.
Refly mendorong agar dilakukan rekonsiliasi negara terhadap para korban. " Sebelas tahun berlalu, sayangnya putusan tersebut tidak diingat lagi sebagai jalan bagi bangsa ini untuk melakukan rekonsiliasi. Merajut keterpecahan akibat pelanggaran HAM masa lalu tidak mudah dilakukan. Kebencian terhadap eks-PKI sengaja ditanam dalam-dalam oleh pemerintah Orde Baru ke benak setiap orang di republik ini. Hal itu masih bisa dirasakan hingga saat ini. Rekonsiliasi bisa dilakukan kepada siapa saja, kecuali kepada eks-PKI", http://m.detik.com/news/read/2015/02/24/071213/2840950/103/3/hari-ini-hari-rekonsiliasi.
0 Response to "Putri Indonesia Pakai Kaos Palu Arit Hebohkan Dunia Maya"
Post a Comment