Karena Koin Adalah Senjata, catatan kecil untuk gerakan #KoinUntukAustralia

Masih teringat masa SD dulu, mama selalu memberikan saya join Rp100. Dua buah untuk jajan di sekolah. Karena kenyang sudah sarapan, kadang yang itu tidak habis. Seratus rupiah di tahun 1989 mungkin senilai Rp1000 atau Rp2000 saat ini. Kala itu dengan sebuah koin Rp100, saya sudah bisa  membeli semangkuk mi dan dia buah kue di kantin. Sia koin itu kusimpan dalam celengan, yang biasa kubuka jelang tahun ajaran baru. Isinya yang biasa mencapai puluhan ribu rupiah itu dibelikan seragam, tas dan sepatu baru, sesuai keinginanku. Aku merdeka menentukan selera, karena uang itu hasil tabunganku. Koin-koin itu menjadi senjata untuk merdekakan saya menentukan pilihan.
Tahun 2008, ketika seorang perempuan, Prita Mulyasari mengeluh atas pelayanan Tunas Sakit Omni melalui surat elektronik yang menyebar ke beberapa situs dan portal berita atas dugaan malpraktek dan berbuntut tuntutan RS kepada Prita, tidak main-main ibu rumah tangga ini dituntut dan divonis sampai ratusan juta rupiah. Simpati publik mengalir untuk Prita. Prita yang dimata publik sesungguhnya adalah korban, meski hukum menilai berbeda.  Vonis penjara dan membayar ganti rugi Rp160 juta lebih jatuh kepada warga Tangerang ini. Simpati yang berubah menjadi gerakan perlawanan ini secara spontan melakukan pengumpulan koin untuk membayarkan denda. Lagi, koin menjadi senjata.
Tahun 2012, saat pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi meminta pembangunan gedung baru senilai Rp160an M. Pimpinan KPK kala itu meminta agar, pembangunan gedung lembaga rasuah ini dimasukkan dalam APBN, namun DPR dan pemerintah satu suara, menolak permintaan edung baru KPK. Rakyat yang terlanjur percaya dan berharap pada kinerja maksimal KPK, marah atas sikap legislatif dan eksekutif.  Tanpa dikomando, rakyat mulai dari buruh, tukang ojek, mahasiswa, artis, petani dan elemen rakyat lain melakukan pengumpulan koin untuk gedung baru KPK. Meski koin-koin yang terkumpul tidak sampai ratusan miliar, namun rakyat melalui koin menampakkan karakter aslinya yang marah pada koruptor. Koin menjadi senjata.
Rakyat lagi-lagi menunjukkan kedaulatannya saat PM Australia, Tony Abbott yang menentang rencana eksekusi mati dua terpidana "Bali Nine" yang merupakan warga Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran dengan mengungkit bantuan Australia kepada korban tsunami Aceh 2004 lalu. Secara terbuka kampanye untuk mengumpulkan koin dilakukan secara swadaya hampir diseluruh Indonesia. #KoinUntukAustralia menjadi trending topik di media sosial twitter. Perlawanan koin rakyat indonesia kepada Australia ini menunjukkan eksistensi rakyat melalui sebuah KOIN.
Banyak lagi cerita penggalangan koin sebagai sikap solidaritas sekaligus perlawanan. Terkadang rakyat memang harus menunjukkan wujud mereka dalam berbagai bentuk; ada. Seperti koin bagi orang kaya yang mungkin sekedar uang sekedah bagi orang miskin. Seperti koin yang sekedar berfungsi sebagai uang kembalian di mini market. Tapi seperti kata orang disampingku, "tidak akan cukup seribu jika kurang seratus,".
Hargai rakyatmu sebagai bagian darimu. Seperti koin, jika banyak nilainya juga akan besar. Jangan tunggu mereka kumpulkan koin untuk melawanmu. Karena koin adalah senjata!
Koin kenangan

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Karena Koin Adalah Senjata, catatan kecil untuk gerakan #KoinUntukAustralia"

Post a Comment