Mamaku Cantik, Mamaku Pejuangku
Dua hari yang lalu aku menelponnya. Seperti biasa, mama selalu tak mau kalah duluan menanyakan kabarku, kabar anak-anakku dan istriku. Suaranya terdengar senang mendengar jawabanku yang memastikan kami sekeluarga baik-baik saja.
Meski sebenarnya mama sendiri masih menahan sakit. Kolestrol, stroke, darah tinggi, asam urat. Jalannya tak lagi seperti dulu, tangannya tak lagi cekatan mencampur bumbu masakan. Saya bahkan lupa kapan mulai penyakit itu datang, yang saya lihat semangat hidup dan kasih sayang yang tak habis. Candaan khas darinya tak lepas. Keluhan akan sakitnya sangat jarang kudengar.
Mamaku cantik. Saya suka lihat foto masa mudanya, ala gadis awal tahun 70an dengan kaca mata besar, kaos pendek dan rok pendek selutut yang ada dialbum foto keluarga . Retro banget. Kalau sudah buka foto keluarga, mama sering cerita tentang masa kecilnya. Bapaknya (kakek saya) seorang tentara yang meninggal saat umur mama masih sembilan tahun. Dan mamanya (nenek saya) adalah pedagang antar pulau. Otomatis mama mama harus dipelihara neneknya yang sangat sayang pada mama.
Perjalanan masa lalu membuat mama menjadi sosok yang kuat, dia survivor sejati. Tak pernah ia mengeluh tentang bumbu masak yang kurang, ada saja akalnya sehingga kekurangan itu menjadi masakan yang enak. Soal masakan saya selalu rindu pada masakan ikan cakalang khas mandar, bau piapi.Tak pernah ia mengeluh tentang gaji guru bapak yang kata iwan fals selalu dikebiri, ia tak malu membuat kue untuk dijual di warung atau menjadi menjual barang cicilan ke tetangga. Ia perempuan tangguh.
Ia menjadi pembela dan pelindung kami. Tak jarang kami melihat dia bertengkar dengan supir angkot kalau si supir kebut-kebutan. Ia sering turun dan naik mobil lain untuk lanjutkan perjalanan. Mama juga pernah marah besar di pesantren tempat saya mondok, saat mendapati saya dibully oleh kakak kelas, ia pembela ku.
Mama adalah guru moral sejati. Saat teman-teman mahasiswa lain menasbihkan diri sebagai gerakan moral, saya memilih bergabung dengan organisasi mahasiswa yang berideologi politik. Mama tahu saat saat simbol-simbol yang dikenalnya kala remaja kubawa kerumah. Protes? Tidak, karena itulah mamaku. Ia hanya menekankan agar saya tidak membela yang salah, dan siap menerima resiko atas segala bentuk pilihan hidup, pilihan ideologi.
Mama tak habis kata untuk memujinya. Hatinya seluas semesta, tempat segala saya mengadu, bersenang, menangis dan merindu tanpa batas. Semoga kau sehat selalu, Ma rinduka !
#happymotherday #HariIbu
0 Response to "Mamaku Cantik, Mamaku Pejuangku "
Post a Comment