Dari diskusi basi penggeledahan pelayanan kesehatan


Diskusi publik tentang pelayanan kesehatan itu, sepakat kami lanjutkan. Setelah menunggu dirut RSUD Pangkep dan kadis kesehatan yang tak kunjung datang dan cuma mengutus seorang kabidnya yang tak belakangan memberikan jawaban formal ala birokrasi. 
Kopi tersaji dan diskusi tetap  lanjut..

Tentang absennya Dirut RSUD Pangkep dan Kadis Dinkes, saya nilai lebih baik mereka tak hadir. Toh yang mereka akan dengar bukan hal baru. Kritikan, keluhan, sampai cemoohan tentang pelayanan  kesehatan sudah lama langganan  di meja mereka, entah melalui koran atau demonstrasi massa. Suara sumbang tentang pelayanan kesehatan  yang bukan hanya tentang  keterlambatan dokter, tapi dari tempat parkir sepeda motor RSUD, sampai WC dalam ruang perawatan yang kadang kehabisan air.

Sudah biasa mereka mendengar kritikan ini. Dan saya yakin kalau mereka datang, jawaban pun akan seperti biasa; akan diperbaiki, akan ditingkatkan, kurang anggaran dan segala macam jawaban standar. kalau mendengar jawaban mereka yang  standar (baca:basi) ini kita akan semakin marah dan muak kepada lembaga pelayanan kesehatan. Begitu juga sebaliknya, kalau mereka datang lalu melihat kita membicarakan kerja mereka, maka akan ditanggapi dengan subyktif, marah.  Hampir semnua yang akan didengar buka hal baru, dan mereka akan pura-pura sepakat akan sejumlah tuntutan dan kami akan bersalaman, foto bareng dan selesai. 

Tapi sesungguhnya diskusi penggeledahan pelayanan kesehatan semalam di cafe D'Corner punya  bung Asran Idrus tetap lanjut. Meski keluhan dan kritikan  yang dibalas dengan jawaban "basi" masih juga ada. Persoalan pelayanan ibu dan anak oleh Haniah dan Nani Rahman, kinerja lamban puskesmas pulau oleh Syahrul Syaf, atau tuntutan agar Dinkes dan RSUD Pangkep membuka diri seluasnya dalam menerima kritikan dan masukan melalui dunia maya oleh Zulkifli.  Satu hal, bahwa mereka sudah bosan mendengar hal semacam ini.

Sama boringnya dengan pernyataan Wakil Ketua DPRD Pangkep, RIzaldi Parumpa yang meminta kita  menunggu "aksi hebat" pansus pelayanan kesehatan yang sudah dua-tiga bulan ini bekerja "silent". Dan menganggap persoalan kesehatan sebatas seberapa besar belanja APBD untuk Dinkes dan RSUD, dan tugas luar biasa DPRD selesai setelah tidak mengorek-ngorek berapapun permintaan anggarann kesehatan dari APBD. 

Jangan tanya sama Ilham, si kabid yang mengaku tak aktif di media sosial dan hanya punya akun facebook, itu pun jarang dibuka. Kabid pelayanan yang sepanjang diskusi hanya  senyum-senyum mendengar segala macam pernyataan dari peserta ini justru meminta peserta diskusi untuk tidak dulu membicarakan soal pelayana  kesehatan sebelum puskesmas di audit dan terakreditasi. Dia berjanji,  pelayanan kesehatan akan membaik setelah seluruh puskesmas di Pangkep diakreditasi, itu tahun depan.

**

Persoalan pelayanan kesehatan  memang bukan hal baru. Seperti benang kusut, jangankan oleh para anak muda  yang hanya bermodal kopi, anggota dewan yang sudah diberi hak konstitusi untuk  mengawasi sampai pada hak politik lain seperti hak angket  pun  tak berdaya mengurai  carut marut persoalan ini.  Sekali lagi, ini bukan hal baru pesoalan ini basi membusuk jangan heran setiap  ada kasus kecil maka gaungnya akan cepat menyebar.  Mungkin, kita akan bersepakat tentang persoalan yang dibicarakan  Haniah, Nani Rahman dan Syahrul Syaf  adalah persoalan lama dan basi. Tapi persoalan kematian ibu melahirkan dan bayi, kesulitan mengakses ambulance, dokter telat, pelayanan diskriminatif, resep ditujukan ke  apotek tertentu, sampai tidak dapat senyum, sapa serta salam harus dihentikan dan tidak bisa dibiarkan terus terjadi. 

Bukan juga semata  tentang berapa besar anggaran yang digelontorkan untuk pelayanan kesehatan yang baik. Ini kata sebagian teman semalam  juga  tentang mental para pelayanan dan politik kesehatan pemerintah. Memberikan  uang besar pada pelayan yang bermental buruk lalu berharap semua akan membaik  adalah mustahil.  Begitu juga dengan pemerintah daerah, janji politik dan visi dibidang kesehatan  harus terwujud. Dan ini dibutuhkan, lebih dari sekadar sikap berani tapi juga sikap politik untuk menyingkirkan siapapun yang menghalangi terwujudnya pelayanan kesehatan yang baik, siapa pun!

Meski menjadi pihak yang paling diuntungkan semalam, tapi saya sepakat apa yang dikatakan Asran  bahwa kepentingan kami sama dengan kepentingan ratusan ribu rakyat lain, petani, buruh, pedagang, tukang bentor, montir, rentenir, penjual sayut, nelayan, pencopet, jambret,  dan semua rakyat  yaitu: berhak sehat dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Titik. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Dari diskusi basi penggeledahan pelayanan kesehatan"

Post a Comment