TAN MALAKA, Bapak Republik yang Dihapus Dari Sejarah
Dalam dua hari terakhir, nama Tan Malaka menjadi salah satu trending topik di media sosial. Penolakan ormas Islam pada pementasa monolog Tan Malaka "Saya Rusa Berbulu Merah" dibicarakan puluhan ribu kali. Dari sejumlah media online diberitakan bahwa alasan para pendemo yang menolak dan mengancam panitia agar tidak melanjutkan pementasan adalah, Tan Malaka seorang komunis.
Ketakutan terhadap gerakan komunisme (baca PKI-Partai Komunis Indonesia) yang menurut doktrin puluhan tahun pemerintahan orde baru adalah gerakan yang anti tuhan dan menghalalkan segala cara untuk tujuan politiknya masih sulit dibantah dengan alasan serasional apapun. Masyarkat terlanjur benci dan takut, bukan hanya pada gerakan, tapi juga pada ajaran dan tokoh-tokohnya. Apapun yang berbau komunis, sosialis atau kiri harus disingkirkan karena berbahaya dan merusak moral bangsa. Komunis adalah kumpulan orang-orang sadis dan mesum. Orang komunis halal darahnya. Begitu kira-kira doktrinnya.
Kalau komunis seperti itu, apakah Tan Malaka juga begitu? Ada berapa banyak orang yang sudah dibunuh oleh pria asal Sumatra Barat ini? Atau seperti doktrin Orba tentang komunis "istrimu istriku", apakah ada referensi valid bahwa Tan Malaka pernah meniduri istri orang? Justru yang muncul sebagai kesaksian sejarah, bahwa ide republik Indonesia berasal dari otak Tan Malaka melalui tulisannya yang sangat revolusioner tahun 1925 "Naar De Republik Indonesia" (Menuju Republik Indonesia).
Tuntutan Tan dalam yang sangat progresif dizaman itu. Dalam tulisan Menuju Republik Indonesia, Tan sudah merancang Indonesia yang rakyatnya berdaulat dan pemerintah yang berkerja untuk hajat hidup rakyat. Ia menuntut tentang upah minimum, jam kerja buruh, pemenuhan hak sosial seluruh rakyat. Wajib belajar gratis sampai anak 17 tahun dengan bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris sebagai pengantar. Republik Indonesia yang dicita-citakan Tan adalah Indonesia yang berdikari ekonominya, nasionalisasi pabrik tambang, hutan, perusahaan lalu lintas, maspakai dan membangun industri besar serta memabgikan tanah kepada petani dan buruh tani.
Buku Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika) karya filosofisnya, juga bukti bahwa Tan Malaka tidak bulat-bulat menerima ajaran komunis Karl Marx yang berpedoman pada filsafat Materialisme, Dialektika, Histori (MDH). Dimana seluruh orang komunis sedunia kala itu bepedoman pada MDH. Tan Malaka menjadi buronan negara-negara kolonial karena secara massif disetiap tempat ia mengkampanyekan, mengajak dan mengorganisir rakyat untuk melawan setiap penjajahan.
Tan dituduh ateis (karena komunis bagi mereka adalah ateis). Dalam sebuah tulisannya, ia bercerita tentang masa kecilnya yang dibesarkan dalam suasana keagamaan di kampung.
"Saya saksikan ibu saya sakit menentang malaikat maut menyebut "Djuz Yasin" berkali-kali dan sebagian besar dari AL-Qur’an, diluar kepala. Orang kabarkan bapak saya didapati pingsan setelah badannya dalam air. Dia mau menjawat air sembahyang, sedang menjalankan terikat, setelah bangun sadar, dia bilang dia berjumpa dengan saya yang pada waktu itu di negeri Belanda. Masih kecil sekali saya sudah bisa tafsirkan Al-Qur’an, dan dijadikan guru muda. Sang Ibu menceritakan Adam dan Hawa dan Nabi Yusuf. Tiada acap diceritakannya pemuka, piatu Muhammad bin Abdullah, entah karena apa, mata saya terus basah mendengarnya. Bahasa Arab terus sampai sekarang saya anggap sempurna, kaya, merdu jitu dan mulia," demikian tulisnya.Siapapun bisa membenci Tan Malaka. Tapi mengingkari kenyataan juga bukan sesuatu yang cerdas. Bahwa Tan Malaka juga berperan seperti tokoh lain seperti Bung Karno, Bung Hatta, Syahrir dan lain-lain dalam perjuangan negeri ini merebut kemerdekaan adalah kenyataan sejarah mau tidak mau, suka tak suka itulah kenyataan. Kecuali tentunya ada yang punya referensi lain.
Lalu puluhan tahun setelah ia menghilang (dibunuh), sebuah monolog dipentaskan untuk menceritakan kisahnya juga ditolak. Ia mungkin sedih, tapi bukan tentang monolognya yang sempat dibubarkan ormas, ia terlahir sebagai laki-laki tangguh, kesedihannya adalah untuk rakyat, penderitaannya melihat pengaruh kapitalisme yang semakin menggurita disemua lini dinegeri ini.
0 Response to "TAN MALAKA, Bapak Republik yang Dihapus Dari Sejarah"
Post a Comment