Tentang Ikan Louhan, Kaos dan Buku Kiri
Tiba-tiba, pemberitaan media ramai oleh statemen sejumlah petinggi tentang kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang diikuti dengan penangkapan orang, penyitaan buku, baju, sampai ikan louhan yang berlogo palu arit. Tidak sampai disitu, kampus diserbu ormas karena ada diskusi tentang marxisme, pertemuan para mantan tapol juga dibubarkan, rencana rekonsoliasi atau/dan permntaan maaf negara kepada korban 65 menjadi polemik dimana-mana.
Sebenarnya bukan hal baru dinegeri ini pelarangan buku atau sesuatu yang disimbolkan PKI. Sejak G30S meletus yang diikuti pembersihan dan pengalihan pemerintahan Sukarni ke Suharto, aksi ini sudah terjadi. dari sejumlah penelitian dan kesaksian, bukan hanya orang PKI yang terlibat langsung peristiwa G30S yang kena getahnya, kelompok pendukung Sukarno dan bahkan orang yang sekesar diduga kiri semua "dibersihkan". Kejadian ini tidak pernah disampaikan secara jujur, penafsiran atas tragedi ini menjadi hak prerogatif negara saja selama puluhan tahun. Kebenaran atas kejadian ini seperti hantu yang gentayangan.
Begitulah, dan hingga sampai sekarang, identik dengan kiri, marxisme, bahkan sekadar bicara tentang buruh atau petani itu semua pasti PKI. Lalu benarkah? Lupa kalau generasi hari ini adalah generasi instan yang tidak begitu saja percaya sama sesuatu tanpa dibuktikan. Generasi yang informasi bukan lagi hal yang mewah. Sayangnya cara-cara lama masih dipakai, memaksa mereka menolak sesuatu berdasarkan simbol-simbol tentu bukan caranya. Generasi hari ini butuh sebuah alasan rasional untuk menerima atau menolak,bukan sekadar karena klenik, dogma, ketakutan dicampur kebencian.
Adakah dalam catatan resmi di sekolah tentang sikap tokoh-tokoh yang menjadi founding father bangsa ini banyak yang kiri. Sukarno bahkan terang-terangan mengaku kiri dan seorang Marxis. Dalam banyak pidatonya Bung Karno selalu bilang bahwa revolusi 45 negeri ini menuju sosialisme. Lalu BUng hatta, juga kiri, bukankah konsep koperasi yang dicetuskannya sejalan dengan ekonomi kerakyatan. Sutan Syahrir tokoh prodemokrasi yang sangat tegas menentang fasisme. Mereka kiri tapi bukan PKI.
Atau Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan kita. Tahukah kita jika beliau salah seorang yang menerjemahkan lagu Internasionale yang merupakan mars komunis sedunia.?Bahkan konsep berpublik ini dicetuskan oleh Tan Malaka, jauh sebelum proklamasi tahun 45. Dan bukankah semua kekuatan politik pada masa Sukarno, dari yang kiri sampai yang kanan semua mengaku kiri, dalam arti anti neo kolonialisme dan imprealisme?
Sungguh negeri yang beribu pulau diperjuangkan dan dibangun bukan sekadar oleh senjata, tapi yang terpenting oleh ide dan gerakan politik yang progresif. Tokoh nasionalis, tokoh agama maupun tokoh komunis dimasa itu gigih mempejuangkan nasion Indonesia yang demokratis dan satu suara menentang kapitalisme, feodalisme dan fasisme. Sayangnya, saat ini semangat itu sebaliknya. Setelah jatuhnya pemerintahan revolusioner Sukarno, negeri ini "belok kanan" yang ditandai dengan massifnya modal asing masuk, masuknya militer kedalam pemerintahan dan kita dipaksa amnesia sejarah.
Bukan untuk apa-apa, jujur miris juga melihat penyitaan buku, yang oleh tukang sitanya mungkin hanya melihat sampulnya saja. Juga pembubaran diskusi mahasiswa di Bandung yang dibubarkan karena bicara marxisme. Kasihan juga lihat pedangang kaos di Jakarta yang kaos palu aritnya disita padahal itu logo band metal, lucu lihat aktifis yang berkaos PKI yang ternyata bukan kepanjangan dari partai komunis Indonesia tapi Pecinta Kopi Indonesia, dan ngakak lihat ikan louhan yang dikepalanya ada sisiknya yang berbentuk palu arit, (bayangkan interogasinya). Jangan-jangan nanti ada razia di penjual alat pertanian yang jual arit, sabit dan palu?
Statemen kapolri Jenderal Badroddin Haiti beebrapa waktu lalu agar penolakan terhadap PKI tidak kebablasan. Dan pernyataan penyataan Menko Polhukam , Luhut Binsar Panjaitan agar aparat dibawah tidak berlebihan bertindak sepertinya harus didengar dan dilaksanakan dengan baik dilapangan. Sungguh cerita masa lalu tentang penangkapan atas dasar dugaan, vonis tanpa pengadilan, pembakaran buku adalah sejarah memalukan, jangan terulang.
tonton juga aksi cewek hijab ini main gitar :
0 Response to "Tentang Ikan Louhan, Kaos dan Buku Kiri "
Post a Comment